ASSESSMENT

Best Potential Analysis

Semakin tingginya tingkat pertumbuhan perusahaan akan membuat semakin bertambah kebutuhan akan sumber daya manusia yang tidak hanya berkualitas, namun juga tepat sasaran. Team assessment yang kami miliki, dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan menggunakan teknologi assessment terkini. Melalui teknologi ini kami telah menolong banyak perusahaan untuk menemukan sumber daya manusia yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan setiap perusahaan. Selain hal tersebut kami telah menolong banyak individu dalam menemukan potensi dan talenta, sehingga mereka dapat menemukan kesuksesan dan kemaksimalan dalam hidupnya.

Best Potential Analysis adalah sebuah program yang kami rancang untuk mengetahui kekuatan pribadi dan mengenali kelemahan serta mulai untuk mengatur potensi diri yang dimiliki. Dihadirkan oleh PT Maksimal Indonesia Sejahtera untuk memperlengkapi institusi-institusi yang kami layani, sehingga setiap pribadi dapat mulai mengembangkan potensinya menjadi sebuah kompetensi yang maksimal dan dapat berguna bagi sekitarnya. Mengakomodir setiap kebutuhan Anda untuk mengenali diri dan rekan kerja Anda sehingga kehidupan pribadi dan sosial dapat menjadi lebih maksimal.

Dengan menggunakan Character Potential dan Learning Style, kami dapat melihat serta mengenali karakter seseorang, BPA juga dapat mengenali sistem kinerja dari peran kepemimpinan, emosi, gaya bekerja, kecepatan bekerja dan kemampuan bersosialisasi. Ada 7 kekuatan yang dapat diketahui melalui BPA :

  • Kekuatan Hubungan
  • Kekuatan Pengaruh
  • Kekuatan Kinerja
  • Kekuatan Kontribusi
  • Kekuatan Respon
  • Kekuatan Komunikasi
  • Kekuatan Motivasi

Learning Style adalah assessment yang dapat membantu seseorang untuk dapat mengenali gaya belajarnya sehingga dapat memaksimalkan setiap potensi yang ada dalam dirinya.

Manfaat Character Potential dan Learning Style bagi perusahaan antara lain adalah untuk :
  • Mengetahui potensi dan kekuatan karakter setiap karyawan.
  • Mengenali gaya bekerja, tingkat ketahanan emosi, ketepatan bahkan gaya kepemimpinan semua level karyawan.
  • Pemberdayaan Human Capital yang unggul dan mencapai sukses secara maksimal.
 

AQ, EQ, IQ dan LQ

IQ (Intelligence Quotient)

Manfaat Test IQ adalah:

  • Untuk mengukur kadar kecerdasan seseorang
  • Untuk melihat sejauh mana potensi dalam diri mampu dikembangkan
  • Dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan jenjang panjang atau pendek
  • Untuk mendeteksi hambatan yang menyulitkan kemampuan diri tidak dapat berkembang

EQ (Emotional Quotient)

Mengukur kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan relasi. Manfaat test EQ:

  • Mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri
  • Memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain
  • Mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional
  • Dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri

AQ (Adversity Quotient)

Kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Adversity quotient berarti bisa juga disebut dengan ketahanan atau daya tahan seseorang ketika menghadapi masalah.

LQ (Leadership Quotient)

Management Style Diagnostic Test (MSDT)

MSDT bertujuannya untuk melihat kemampuan atau trait kepemimpinan seseorang dalam organisasi, potensi gaya kepemimpinan seseorang. Tes ini bisa juga ketika tau tipe leadership apa, ketika dalam seleksi level managerial ke atas bisa sesuaikan gaya kepemimpinan kandidat dengan visi misi perusahaan. Gaya leadership juga bsa bantu perubahan dalam training atau upgrade kandidatnya dalam aspek apa dan apanya yang perlu dilatih

Edwards Personal Preference Schedule (EPPS)

EPPS tergolong tes kepribadian. Tujuan untuk melihat kebutuhan-kebutuhan seseorang (15 daftar kebutuhan pokok manusia). Kebutuhan-kebutuhan ini dapat menjadi motivasi atau mendorong individu untuk mencapai aktualisasi dirinya. Dalam konteks pekerjaan keinginan-keinginan seseorang untuk berperan penting atau menaktulisasikan diri mempengaruhi efektifitas dan arah perilaku kerjanya terhadap cara menyelesaikan tugas, cara berhubungan dengan otoritas atau orang lain di dalam kelompok kerjanya.